Lintas Peristiwa : Blangpidie – Sepekan terakhir, harga daging ayam potong di sejumlah pasar tradisional di kota Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya), turun drastis. Sebaliknya, harga daging itik justru melambung.
Saat ini, harga daging ayam potong mencapai Rp 18-20 ribu/kg. Bahkan, di sebagian pasar hanya Rp 17 ribu/kg. Sebelumnya, harga daging ini mencapai Rp 22-25 ribu/kg.
Turunnya harga ayam tersebut mengancam para peternak lokal daerah ini. turunnya harga itu otomatis mengurangi pendapatan mereka, sementara biaya pemeliharaan melambung tinggi.
“Sejak beberapa pekan terakhir harga daging ayam potong turun. Kita prihatin atas kondisi peternak lokal di Abdya ini karena laba mereka juga berkurang bahkan nyaris merugi,” ungkap pedagang daging ayam dan bebek di pasar Blangpidie, Acut, Selasa (13/5).
“Turunnya harga ayam potong ini setelah bulan maulid Nabi Muhammad SAW. Saat maulid, permintaan pelanggan cukup tinggi meski harga daging mahal. Tetapi, setelah bulan-bulan maulid, permintaan menurun. Demikian juga harganya,” lanjutnya.
Menurut dia, turunnya harga ayam jelas merugikan para peternak lokal. Pasalnya tidak sedikit modal yang harus dikeluarkan untuk menutupi keseimbangan harga daging ayam di pasaran.
“Itu yang menjadi pemikiran kita. Persediaan ayam banyak sementara harga harus turun. Semestinya tetap stabil,” harapnya.
Dia menambahkan, stok daging ayam belakangan ini memang banyak masuk ke pasar-pasar di seputaran Blangpidie. Setelah bulan-bulan maulid, harga daging ayam tidak mengalami kenaikan, dan bahkan biasanya cenderung turun.
“Sebelum bulan maulid, harganya turun antara Rp 1.000-2.000/kg di tingkat pedagang eceran,” ujarnya.
Disebutkan, sebelumnya untuk ayam potong kecil dengan berat antara 1-1,2 kg dijual seharga Rp 22 ribu/kg, sementara ayam ukuran besar dengan berat 1,2-2 kg ke atas dijual Rp 25 ribu/kg.
“Belakangan ini harga kembali turun bahkan menjadi Rp 17 ribu/kg. Ini menakutkan bagi pedagang karena kami membelinya dengan harga mahal,” tuturnya.
Sebaliknya, saat ini harga itik pelati melambung tinggi mencapai Rp 150 ribu/ekor dari harga sebelumnya Rp 90-100 ribu/ekor.
Kenaikan harga itik pelati tersebut, ungkapnya, terjadi sejak sepekan lalu saat tim sukses para calon anggota legislatif (Caleg) membutuhkannya dalam jumlah besar untuk disantap bersama pendukung partainya masing-masing.
“Bukan hanya itik pelati, kenaikan harga juga terjadi pada ayam kampung menjadi Rp 120 ribu/ekor, dari sebelumnya Rp 50-60 ribu/ekor,” jelasnya.
Dijelaskannya, akhir-akhir ini banyak pedagang ayam dan itik yang berasal dari kabupaten lain, seperti Nagan Raya, yang melakukan transaksi di pasar Blangpidie. Selanjutnya, hewan ternak tersebut dibawa ke Aceh Selatan sehingga membuat keresahan peternak dan pedagang lokal.
Sebab, ayam dan itik yang dijual peternak lokal kekurangan pembeli sehingga dikhawatirkan mengalami kerugian.
Para peternak di Abdya pernah melakukan audiensi dengan pemerintah setempat beberapa waktu lalu terkait masuknya ayam dari luar daerah.
“Bukan apa-apa, di Abdya ini sudah banyak saudara kita yang memelihara ayam potong, itik apalagi ayam kampung. Dulu banyak hewan ternak kita pasok dari Supplier Ternak Maju Bersama di Sei Rampah karena pasokan hewan ternak lokal minim. Namun, sekarang mereka mulai mengeluh karena ayam dari wilayah lain masuk ke Abdya,” paparnya. (analisa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar