Minggu, 19 Juni 2016

Memelihara Bebek Peking Jadi Primadona Menjelang Imlek (Tahun Baru Cina) di Sumatera Utara

AGROPLUS – Menu masakan bebek peking ibarat menu wajib pada setiap perayaan Imlek atau Tahun Baru China. Bebek ini umumnya dipanggang, atau belakangan ada variasi masakan lain seperti bebek siram seafood dan bebek ketan.

Bebek atau itik peking belakangan makin populer di masyarakat, seiring makin banyaknya yang memelihara, menanggapi peluang pasar yang cukup besar.

Bebek ini sebenarnya berasal dari Tiongkok, di sana bebek peking juga biasa diolah sebagai masakan tradisional.

Bebek peking memang dipelihara untuk diambil dagingnya. Banyak peternak yang suka memelihara bebek ini, karena dibandingkan bebek biasa si peking ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya pertumbuhan lebih cepat.

Untuk mencapai bobot ideal untuk bisa dipasarkan, bebek peking cukup membutuhkan waktu pemeliharaan berkisar 45 hari. Jauh berbeda dengan bebek biasa atau lokal yang membutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan hanya untuk mencapai berat 2 kg.

Bebek peking juga lebih tahan terhada penyakit dibanding bebek lokal.

Seiring semakin banyaknya restoran yang menyajikan menu bebek peking, jenis bebek berwarna putih mulus ini semakin banyak dibudidayakan.

Terlebih – seperti sudah disingung di atas – pada momen Imlek bebek peking seperti jadi primadona.

Melihat peluang pasar tersebut, Heri, peternak bebek di kawasan Mabar Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, kerap ‘menyisipkan’ sejumlah bebek peking di antara bebek lokal yang dipeliharanya. Dia juga mengincar momen Imlek, sehingga selalu menyesuaikan waktu pemeliharaan agar bebek pekingnya bisa dipanen jelang Tahun Baru China tersebut.

Pada tahun 2015 ini, perayaan Imlek jatuh pada tanggal 19 Februari.

Namun Heri mengaku jauh hari sebelumnya sudah sering didatangi sejumlah agen, untuk memesan bebek pekingnya.

“Saya memelihara tak banyak, hanya sekitar 100 ekor. Jelang Imlek ini, sudah banyak agen yang datang menawar,” katanya.

Tapi Heri selalu menunggu momen Imlek makin dekat, selain untuk menambah bobot bebeknya, juga karena saat itu harga makin tinggi.

Bebek peking dijual dengan hitungan per kilogram. Dia menyebutkan, saat ini harga ke agen berkisar Rp 20.000/kg. Atau per ekor jika dirata-ratakan berat bebek 2 kg, menjadi Rp 40.000.

“Sementara harga di pasar berkisar Rp 50.000 per ekor untuk bebek yang bobotnya 2 kg,” katanya.

Heri menyatakan, tahun ini cukup berhasil memelihara bebek peking.

Artinya, tidak ada kendala berarti, sehingga diprediksi dia bisa menutupi pengeluaran untuk pakan dan sebagainya, bahkan lalu menangguk sejumlah untung.

“Setelah ini pingin coba memelihara lebih banyak lagi,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar