Kamis, 23 Juni 2016

Pelatihan : Cara Pemurnian Itik Alabio

Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Tiga kelompok usaha ternak di dua desa di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, mengikuti pelatihan pemurnian pembibitan itik Alabio yang merupakan itik khas daerah Amuntai atau plasma nuftah.

Kepala Seksi Usaha Ternak Dinas Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Syafrudin Hasby di Amuntai, Rabu mengatakan, tiga kelompok tani tersebut, berasal dari Desa Marmar dan Desa Hambuku.

Dua kelompok usaha ternak di Desa Mamar Kecamatan Amuntai Selatan, kata dia, adalah Kelompok Wanita Tani Maju Bahagia dan Kelompok Usaha se Hati, sedang di Desa Hambuku Raya dilaksanakan Kelompok usaha ternak Sinar Jaya.

"Sebanyak 34 orang anggota Kelompok Usaha ini sudah mengikuti pelatihan pembibitan Itik Alabio di Balai Pembibitan Ternak Unggas Pelaihari," kata Syafrudin.

Ia bersyukur satu-satunya Balai pelatihan pembinitan ternak unggas di Indonesia, berada di Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan.

"Meski rata-rata peternak sudah memiliki ketrampilan dan pengetahuan alami tentang tata cara pembibitan Itik Alabio, namun melalui pelatihan ini lebih diarahkan pada aktivitas yang lebih administratif dan terukur, sehingga bisa diketahui tingkat perkembangan upaya pemurnian pembibitan ternak Itik Alabio," katanya. Melalui program pusat ini, kelompok ternak mendapatkan bantuan seperti mesin tetas, alat pemecah cangkang keong, yang menjadi makanan Itik Alabio, dan alat timbang telor dan unggas.

Dikatakan, arah yang ingin dicapai melalui kegiatan pemurnian Itik Alabio ini, diantaranya penerbitan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) dan Sertifikasi Bibit Itik Alabio.

Syafrudin menilai beternak Itik Alabio jenis murni, tetap lebih menguntungkan bagi peternak karena produksi telornya tinggi, rata-rata hingga 450 butir per ekor setiap tahun.

"Meski hasil kawin silang dengan Itik Mojosari menghasilkan telor yang lebih besar, namun produksi telor Itik Alabio murni lebih banyak," jelasnya.

Ciri-ciri itik Alabio murni, katanya bisa dilihat dari paruh dan kakinya yang berwarna kuning. Kedua cirinya yang membedakan itik Alabio murni dengan Itik Alabio hasil kawin silang.

Saat ini, katanya sudah sebanyak 1.390 bibit telor hasil pemurnian Itik Alabio yang akan ditetaskan, selanjutnya bibit itik terus dimurnikan hingga menghasilkan Itik Alabio jenis murni agar bisa dikembangbiakan.

Syafrudin mengatakan, program nasional penguatan pembibitan unggas di kabupaten Hulu Sungai Utara ini dianggarkan selama tiga tahun berturut-turut sejak 2014.

Tahun ke-2 pelaksanaan program di 2015 ini Diskannak Hulu Sungai Utara kembali mendapatkan anggaran Rp450 juta untuk melanjutkan upaya pemurnian Itik Alabio.

"Nanti dari Kementerian Pertanian Direktorat Pembibitan yang akan mengevaluasi pelaksanakan program apakah perlu dilanjutkan atau tidak," katanya.

Sebelumnya, kemurnian genetika ternak Itik Alabio sebagai hewan unggas asli daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara, mulai tercemar akibatnya adanya kawin silang itik Amuntai dengan itik dari daerah lain.

Kebanyakan peternak Itik Alabio menyilangkan perkawinan, antara Itik Alabio dengan jenis Itik Peking dan Mojosari.
 
Untuk wilayah pulau sumatera itik alabio ini sudah dikembangbiakkan salah satu pembibitan Maju Bersama PS di Sei Rampah, Sumatera Utara, umumnya persilangan dengan tegal, mojosari dan peking.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar